Minggu, 21 Desember 2014

Seandainya Kamu Adalah

Diposting oleh Unknown di 21.14 0 komentar
seandainya kamu adalah malam, mata ini pasti enggan memejam.
seandainya kamu adalah hujan, tubuhku tak akan mencari teduh.
seandainya kamu adalah matahari, aku rela menjadi pagi.
seandainya kamu adalah air, dengan senang hati aku siap tenggelam.
seandainya kamu adalah langit, menjadi awan adalah caraku mendekapmu.
seandainya kamu adalah laut, aku dan ikan akan menjadi pesaing.


tetapi kamu..

kamu bukan malam. kamu bukan hujan. kamu bukan matahari. kamu bukan air. kamu bukan langit. dan kamu bukan laut. kamu adalah kamu. seseorang yang telah membuatku sejatuh cinta ini.

lalu bagaimana denganku?

siapa aku?

aku bukan sesiapamu. hanya seorang gadis pengeja  hujan yang sesekali memelukmu dalam doa. yang entah atas dasar apa bisa selancang ini mengagumimu. yang demi Tuhanku, aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya. hahaha. ah sudahlah.


         with love,
     Your admirer.

Rabu, 10 Desember 2014

Untukmu

Diposting oleh Unknown di 19.44 0 komentar
Ketika menatapmu menjadi sebuah ketidaksanggupanku dan melihatmu harus melibatkan hati, aku tak kuasa. Menatap punggungmu menjadi sebuah keharusan. Sebab berdiri di hadapanmu jelas tidak mungkin. Aku masih tahu diri. Ampuni aku yang mencintaimu dalam diam. Sungguh, aku tak punya cara lain.

Entah sudah berapa kali kau mendekati hati yang bukan aku. Aku di sini. Melihatmu dari jauh. Mengamatimu tanpa jeda. dan kau masih mencari yang bukan aku? Menyebalkan.

Tapi kau.. kau selalu punya cara untuk membuatku kembali. Kembali jatuh cinta. dan kembali patah hati. Begitu, berulang-ulang. Memuakkan.

Agaknya aku telah sejatuh cinta ini (kepadamu tentu saja)



Kamis, 04 Desember 2014

Diposting oleh Unknown di 23.02 0 komentar
Rindu selalu punya cara menikam waktu. Membawaku kembali menujumu. Lagi dan lagi. Hingga aku tak punya jalan untuk kembali. 
Kau.. Kau tak pernah gagal menghidupkan kenangan. Melesapkan debar-debar jantung ke bilik dadaku. Menyembunyikan sendu untuk sepersekian detik. Lalu pergi ke tempat yang entah.
Agaknya aku bersalah. Jika kau membaca ini, kau akan tahu seberapa salah diriku. Maaf...

1. Maaf karena aku membiarkan cerita kita berakhir.
2.Maaf untuk kita yang tak saling mengenal lagi.
3. Maaf jika diam-diam aku merindukanmu.
4.Maaf jika aku mengakui kaulah yang terhebat.
5. Maaf untuk setiap luka yang pernah kutali-pitakan.
6.Maaf karena aku tak pernah menganggapmu ada.
9.Maaf aku nyaris melupakanmu.
10.Maaf..maaf.. maaf.

Senin, 20 Oktober 2014

Panggil Dia, Kenangan

Diposting oleh Unknown di 19.57 0 komentar

         

          Tapak kakiku berhenti pada sebuah ruang kosong. Tak ada sesiapapun di ruangan itu kecuali dua orang anak kecil yang sedang menautkan kelingking. Tampaknya mereka saling berjanji.

Samar kudengar bocah lelaki itu berkata ''Maafin aku ya. aku nggak akan ngejahilin kamu lagi, kok.''

Gadis kecil di depannya mengulum senyum, malu-malu. ''Janji?''

''Iya. Janji.'' Jawabnya sambil tersenyum. Sepasang mata sipit itu membentuk garis. Manis! 

          Gadis kecil berambut lurus berponi tadi tiba-tiba meniup dandelion -yang sepertinya ia dapat dari halaman sekolah- tepat di hadapan bocah lelaki bermata sipit yang duduk di sampingnya. Lagi dan lagi. Dia hanya mengulum senyum, memperlihatkan mata segarisnya.

          Lamat-lamat kutatap mereka berdua. Kelingking. Janji. Dandelion. Sepertinya aku mengingat sesuatu. Sepersekian detik aku berpikir. Tiba-tiba jantungku berdegup cepat. Aku menelan ludah.


''Hey! Kau tahu? tidak ada yang lebih memuakkan dari bau kenangan.'' Gumam Ingatanku dengan kesal. Aku hanya mengiyakan.

''Tapi tidak ada yang lebih baik dibandingkan menjadi bagian dari kenangan seorang dia. '' timpal Hatiku tak mau kalah.

''Aih! bukankah kau sering sakit-sakitan karena dia?'' Ingatanku mencibir ketus.

          Mereka saling beradu tanpa meminta pendapatku. Sialan! mereka keras kepala. Aku menghela napas berat.

''Lalu, kau sendiri kenapa selalu gagal melupakannya?'' Hatiku membela diri.

''Itu.. emm.. itu karena aku tak ingin melawan lupa. Kau tahu kan kalau aku diciptakan untuk mengingat?''

Hatiku terkekeh. ''Banyak alasan. Kau tidak lebih baik dariku! Hahaha.''

Ini memuakkan. Kuputuskan untuk membalik badan dan pergi mengakhiri perdebatan mereka. dan meninggalkan apa yang mereka sebut kenangan.

Aku Akan

Diposting oleh Unknown di 18.27 0 komentar
Kau berdoa dan aku yang akan mengaminkan.
Kau bertanya dan aku akan menjawab. 
Kau membaca dan aku akan menjadi kaca mata.
Kau menulis dan aku akan mengeja. 
Kau menatap dan aku akan menunduk. 
Kau bicara dan aku akan menyiapkan telingaku.
Kau tersenyum dan aku akan mengabadikannya.
Kau tertawa dan aku akan menjadi teman tawamu.
Kau menangis dan aku akan menjadi alasanmu.
Kau berjalan dan aku akan ada di belakangmu.

Sesederhana itu aku menginginkanmu,

Senin, 11 Agustus 2014

Diposting oleh Unknown di 14.56 0 komentar
''Luka yang perihnya terasa amat ngilu datang bukan dari musuhmu. tetapi dari sahabatmu sendiri.''

Aku tersungkur dengan kedua kaki yang masih gemetar. tubuhku limbung di atas tanah yang penuh duri. nyaris seluruh tubuh ini lebam. kedua tanganku melambai meminta bantuan. namun tak kunjung kudapati seseorang yang mau menolongku.. hingga kedua mataku menangkap beberapa sosok bayangan yang kuyakini adalah sahabatku sendiri.
lama mereka berdiri di hadapanku. aku mengulum senyum dengan penuh harap. mengiba pada mereka-mereka yang kuanggap sebagai penolongku.
 ''Lihat dia! aneh.''
''Kasihan ya!'' 
''Menyedihkan!'' 
bukan pertolongan atau sekulum senyum dari bibir mereka yang kudapatkan. tetapi pandangan menjijikkan yang menatapku berbeda. kalimat per kalimat yang dihujamkan -entah sengaja atau tidak- kepadaku menohok dan melantakkan segenap isi dadaku. tak perlu kuceritakan seberapa sakitnya. tak perlu.

Kalian boleh memandangku aneh. sebab aku memang terlahir berbeda. jangan tanyakan mengapa aku bisa seperti ini. Kau boleh mempertanyakan hal itu pada Penciptaku. Allah Azza Wa Jalla.


Senin, 21 Juli 2014

Kosong

Diposting oleh Unknown di 13.00 0 komentar
Aku seolah tiada punya hati. Cinta? aku tak lagi bisa merasakannya. Rindu? agaknya aku juga mulai lupa dengan perasaan ini. Luka? bahkan sobekan demi sobekan di hatikupun tak sanggup membuatku merasakannya.

Kosong..

Kosong..

Aku kehilangan diriku..

Wahai hati.. Berbaik hatilah padaku. Kembalilah seperti dulu. Seperti saat kita merasakan sendunya rindu. atau saat kita tenggelam dalam samudra cinta-NYA. 

Minggu, 15 Juni 2014

Tentang Senja

Diposting oleh Unknown di 17.30 0 komentar
Senja melahap habis cerita kita. Menenggelamkan gelutuk rindu yang gigil di tulang-tulangku. Menyisakan getir dan anyir di tiap-tiap luka yang kau gurat.


Aku ingin bercerita tentang senja yang pernah dan masih membuatku sejatuh cinta ini. Tentang bagaimana semburat jingganya mengakhiri kita setiap harinya. Atau tentang siluet hitammu yang menghilang selepas malam. 

Sudah kubilang aku ingin bercerita tentang senja! bukan tentang seberapa jauh aku mengagumimu. Bukan juga tentang degup jantung yang berdesing layaknya peluru di medan perang. Atau tentang geletar ajaib yang mengoyak perasaanku. Bukan itu.

Aku ingin bercerita tentang senja yang pernah mengintipku dari peraduannya.  Yang diam-diam memperhatikan setiap jengkalku. Yang demi apapun tak pernah kukira akan membuatku sejatuh cinta ini pada lukisan jingga di ambang langit itu.

Malamnya aku tak bisa tidur. Mataku nyaris tak mau memejam. Gelap senyap tak cukup membantuku untuk terlelap. Aku merindukan senja. Lebih daripada itu, aku merindukan kamu.

pict's source : weheartit.com

Rabu, 21 Mei 2014

It's Not Your Fault

Diposting oleh Unknown di 16.58 0 komentar
When i hear you voice, my heart is beating so fast. You keep me being insane without knowing who you are. But okay. Its not your fault.

And love and pain and the melody seem like an ecstasy. But okay. Its not your fault.
you hurt me so well. But okay. Its not your fault.
Its not your fault :)

Kau melantakkan seluruh jantungku. Mencabik dan menusuk seonggok daging yang kusebut dengan hati. Luka perluka yang kau tinggalkan kini meranggas cukup liar di dalam sana. Aku tertekur menatap keping demi keping hati yang telah memar.  

Ini menyakitkan. 
Kau pergi. Kau pergi tanpa mau tahu seberapa aku telah jatuh. Kau pergi. Kau pergi tanpa mau tahu seberapa aku telah terluka.
  
Ampuni aku yang telah lancang merasa kehilanganmu.

Jika diam adalah caramu untuk menjagaku, maka lakukanlah. Jika melukai adalah caramu untuk menikmati hidup, maka lakukanlah. Lebih daripada itu, aku merindukan suaramu.

im okay. its not your fault :( :)

Sabtu, 10 Mei 2014

Diposting oleh Unknown di 16.36 0 komentar
Brangkali harapan ini hanya semacam doa yang memeluk kehampaan sebagai kamu. Tapi, biarlah. Sesekali waktu perlu mengajariku cara tercepat meninggalkan masa silam. Meski aku tak yakin kamu akan ''hilang'' begitu saja di masa depanku.

Kadang, setiap merindumu, aku menegarkan hati dengan merapal mantra ''semoga'', dan berharap mantra itu mustajab untuk mengembalikan ''yang pergi'' dan memulangkan ''yang lupa''. Walaupun setiap mataku membuka, kamu tetap pergi dan tetap lupa kembali.

Di jantung rinduku kamu adalah keabadian. yang mengenalkan dan mengekalkan kehilangan.

-Sepatu Dahlan (Khrisna Pabichara)-

Senin, 21 April 2014

Tolong!

Diposting oleh Unknown di 17.40 0 komentar
Debar jantungku menghilang seiring dengan tapak kakimu yang menjauh. Kudapati hatiku telah memar dengan luka yang berdarah-darah. 5 detik kemudian kurasakan hantaman mahadahsyat yang berhasil meluluh lantakkan segenap perasaanku menjadi atom-atom kecil. Hatiku terbunuh. Kau berhasil mematahkan hati yang susah payah kupahat dengan titik-titik air mata yang luruh. Aku menyerah. Kau menang! Ya. Kau menang!

Kini kau bisa melihatku tertekur dengan kedua lutut yang mencium tanah. Aku benar-benar kalah.

Atas nama hujan yang memaksaku melenyapkan tanda tanya antara kita, aku tak bisa menelan mentah-mentah pertanyaanku sendiri.

Aku tak mau beranjak dari tempatku berlutut sebelum kau membuka topengmu. Sebelum kau katakan siapa namamu. Dan sebelum aku mendengar sendiri mengapa kau melakukan ini.

Aku kurang paham dengan maksud tulisan tanganmu yang dengan lancang memvonisku bersalah. Berbulan-bulan kau membiarkanku meringkuk di dalam getar geletar rasa yang tak begitu jelas. Lalu mengapa akhirnya kau yang menghakimi aku? ini tak adil. Sungguh.



Duduklah sejenak! Dengarkan kalimatku baik-baik. Katakanlah siapa namamu. Selepas itu, kau boleh pergi semaumu. Sesederhana itu, bukan?

Kamis, 17 April 2014

Ramalan Bintang, Syirik yang diabaikan

Diposting oleh Unknown di 18.19 0 komentar

Hai sis,bro.. Masih ada yang percaya ramalan bintang nggak nih? Hayolo ngaku! Haha. Hari gini percaya ramalan bintang? Apa kata akhirat?

         Kita hidup di jaman dimana orang-orang mengagung-agungkan ramalan,dukun dan sebangsanya. Padahal sudah dijelaskan dalam islam bahwa hukum atas itu adalah haram. HARAM! *sengaja diulang biar greget* Bukan maksud gue buat menggurui kalian ya. Bukan. Emm jadi gini..

 Ada dua rincian hukum mengenai masalah ini :
           
Pertama: Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
  مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230).

Ini akibat dari cuma sekedar membaca.
Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.”  (Syarh Muslim, 14: 227)


Kedua: Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

  مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan)
Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)

Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah yang berisi ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …

Jadi gimana? Masih berani percaya begituan? ^^



Sabtu, 12 April 2014

Gue Siapa?

Diposting oleh Unknown di 20.00 0 komentar

    ''Aku ki opo to?'' itu pertanyaan yang sampe sekarang nggak bisa gue jawab. Bukan, bukan karena gue nggak tau kalo gue adalah seekor tikus. Tapi karena selama gue idup, gue belum bisa ngasih sesuatu buat dunia. Terlebih buat nyokap bokap gue. Cieeeh. Bicara tentang tikus, gue ini bukan tikus. Terlahir dengan nama yang kelewat pasaran ngebuat gue lebih suka dipanggil tikus. Gue males aja kalo ada yang manggil gue, ternyata dia lagi manggil Tika yang lain. Ah sudahlah.


    Jujur sejujur jujurnya jujur, gue bukan tipycal orang-orang kebanyakan. Dilihat dari tampang, gue nyeremin. Iya. Itu bener. Nggak sedikit temen yang bilang kalo pertama kali liat gue,  mereka menilai kalo gue itu orangnya judes-cuek-pendiem. Ha! kalian tertipu rupanya. don't judge the book by its cover, bro..sist! seenak jidat aje lu tong nilai gue dari luar -_- ohiya, kenapa tadi gue bilang kalo gue beda dari orang kebanyakan? karena.. yak betul! cara gue berpikir, cara gue menjalani idup agak kurang waras men. Idiot, Komplikasi, Otak kecengklak, dan berbagai macem julukan sampah udah jadi makanan gue sehari-hari. Kayaknya gue nggak perlu ya cerita tentang ke-idiotan gue di sini. Hina men! hina! tapi jangan salah. Ke-idiotan gue itu cuma kambuh waktu lagi bareng sama orang-orang yang gue anggep deket dan nyaman loh~~ Jadi nggak heran kalo banyak yang berpikir gue itu pendiem.
                                 
       



     Bicara banyak tentang gue, gue itu benci keramaian. Gue benci banget sama suasana rame. Gue bahkan lebih suka menyendiri di kamar dibanding pergi jalan-jalan sama temen. Emak Bapak gue aja sampe bingung kenapa gue bisa betah ngurung diri berjam-jam di kamar yang panasnya minta ampyun. Jadi ketika Lo,lo dan lo heboh pada malem mingguan, gue nggak ada niatan sama sekali buat keluar. Selain benci rame, gue juga benci nunggu. Serius demi apapun gue benci hal ini. Dan gue paling benci sama orang yang nggak sadar kalo dia lagi ditungguin. Lu kata waktu gue nggak berharga apa? hih.




Kalau orang-orang bilang, buku itu ngebosenin. Buat gue, buku itu surga dunia. Gue nggak pernah merasa sendirian tiap kali gue baca buku. Serius! Ketika mereka lebih milih sepatu,tas, baju buat diburu... gue milih buku di atas segala-galanya. Dan untungnya, emak bapak gue nggak pernah keberatan dengan kegemaran gue yang hobi ngoleksi buku :'D hihi.
Cukup..cukup. Udah ya gitu aja. Dahhh



Minggu, 12 Januari 2014

Bersama Mereka, Bidadari-bidadari Surga.

Diposting oleh Unknown di 03.12 0 komentar

Ini adalah seklumit kisah yang sengaja kubeberkan untuk kamu, pembaca postingan ini. Yang juga sengaja kutulis untuk kalian yang mengutuki kami.

Jujur saja.... kali pertama aku menjerumuskan diri ke dalam ROHIS, nyaris dari seluruh jiwaku berontak. Jiwa ini bergelinjingan tanpa bisa kukendalikan tatkala kebaikan demi kebaikan mulai menekan diriku yang sejatinya bukanlah orang baik. Aku pernah lancang mengagung-agungkan kemaksiatan dan mengutuk  kebenaran. Menganggap bahwa jalan yang mereka tempuh bukanlah jalan yang aku ingini.

Namun seiring berjalannya waktu, seiring dengan derapan langkah kaki ini, aku menyadari apa yang aku pikirkan selama ini salah besar.

Di tengah perjalananku mencari jati diri, tanganku bertautan dengan beberapa orang baik. Merekalah sahabat sekaligus bidadari-bidadari surga yang sengaja Allah kirimkan untuk manusia keji seperti diriku. Tangan-tangan mereka mengusap lembut diri ini yang telah berlumuran dosa.

Bersama mereka, aku berteman dengan Islam. Aku pun belajar banyak sekali ilmu yang mungkin tak bisa kudapatkan dari buku karangan siapa pun. Tentang ukhuwah, tentang sabar, tentang aqidah harga mati dan tentang hidup.

Apakah kamu pernah menemukan orang yang berhati selembut kapas? Bersama mereka, kutemukan hati yang jauh lebih lembut dari sekedar kapas.

Suatu waktu.. Ketika salah satu dari mereka dihujat habis-habisan dengan kata-kata yang bahkan lebih tajam dari sebilah pedang. Tiadalah sedikit pun niat untuknya membalas dendam meski orang-orang itu telah menjatuhkan harga dirinya ke dasar jurang lalu melemparinya batu-batu fitnahan. Sudut Bibirnya tetap tersenyum simpul menatap orang-orang itu dengan sabar.  Meski dibalik senyumannya menyimpan sejuta kegetiran. Aku yakin, jika dadanya bisa dibelah lalu diambil hatinya. Mungkin seonggok daging dengan luka-luka segar penuh sayatan akan terlihat jelas. Aku pun berani bertaruh, jika orang-orang itu menempati posisinya.. mungkin mereka sudah jatuh tersungkur dengan hati yang penuh dendam.

Hey kamu,kamu dan kamu yang memandang ROHIS dengan sebelah mata. Bisakah kamu menyempatkan diri membuka hati untuk menerima kebenaran yang kamu anggap tabu? Buka mata hatimu seperti aku membuka mata hati ini. Kamu akan belajar banyak dari mereka yang kebenarannya selalu kamu kutuk. Yang kebaikannya selalu kamu hujat habis-habisan. Yang bahkan tak kamu ketahui apa alasan mereka berbuat baik.

Bersama merekalah, aku mengenal Islam.  


Sabtu, 11 Januari 2014

Tiga Sahabat Garis Kerasku.

Diposting oleh Unknown di 19.40 0 komentar
Untuk kamu, kamu dan kamu yang memberiku warna kehidupan. Yang nyaris sering membuat bibir ini melengkung ke atas. Yang hampir setiap hari membuatku menjadi selayaknya manusia gila. Aku harap kamu,kamu dan kamu tak akan pergi, menjauh lalu menghilang entah ke planet mana sampai kapan pun. Aku harap tangan kita selalu bertautan meski berjuta-juta perbedaan berusaha memisahkan kita.

Ketika nanti di waktu yang entah kapan, satu diantara kita telah berubah. Jangan lepaskan genggaman tangan kalian. Pun jika kalian tak mau peduli, setidaknya tetaplah diam untuk sekedar menggenggam.

Bertemu kalian seperti bertemu dengan beberapa penghuni dunia lain. Kalian tahu? Aku menemukan banyak hal baru dari kalian. 

Beberapa kenyataan pun menyadarkanku bahwa sahabat bukanlah mereka yang selalu bersama tapi sahabat adalah mereka yang selalu ada. Bukan mereka yang berkata ''Kamu tuh gimana sih!'' ketika kita salah. Tapi mereka yang berkata ''Nggak papa, jangan diulang lagi ya.''. Bukan mereka yang membentak ''Jangan nangis! dramatis banget!'' ketika kita bersedih. Tapi mereka yang merangkul lalu berbisik ''Udah jangan nangis lagi, aku ada di sini.'' dan sahabat? bukan pula mereka yang menjadikan kita sebagai saingan. 

Kupikir tak ada lagi warna bayangan diriku selain hitam. Tapi setelah aku bertemu dengan kamu, kamu dan kamu mata ini tak henti-hentinya menatap takjub bayangan di depanku. Bayangan dengan warna-warna berbeda yang nyaris tak kutemui di masa dulu. Kamu tahu apa yang kumaksud? Kalian! Iya. (Kalian) adalah bayangan yang mengenalkanku warna-warna itu. Bayangan yang kian lama kian terasa hidup. Yang kemudian mengajariku bagaimana menghiasi duniaku dengan warna-warna itu.

Terimakasih telah menjadi tiga sahabat garis kerasku Viesca,Atina,Nindya :p


Untuk Kamu.. Sahabatku.

Diposting oleh Unknown di 15.50 0 komentar
Aku menulis ini dengan sisa-sisa air mataku yang sengaja tak kutahan. Berbulan-bulan silam aku mencoba menyibak perihnya luka diantara kenangan  manis kita. Namun tetap tak kutemui ‘’Kamu’’ yang dulu.

Kamu pergi dan terus menjauh tanpa membolehkanku menyusulmu atau sekedar mensejajarkan kaki denganmu. Kamu tahu?  Selalu ada goresan luka baru diatas luka-luka lamaku ketika bibir ini terseyum simpul menatapmu. Kurasa aku sudah terlalu lelah menyembunyikan seluruh kesakitan ini. Aku tak sanggup lagi memintal benang-benang persahabatan kita tanpa dirimu. dan kupikir tak ada gunanya lagi aku menunggumu yang sejatinya tak ingin kutunggui. Sudahlah cukup aku menantikan rangkulanmu di saat air mata ini mengalir dengan lancangnya.

Sahabatku..

Terimakasih telah datang dan masuk ke duniaku. Dunia yang mungkin tak akan pernah kamu temui di antara pemilik dunia yang lain.

Terimakasih telah menjadikanku pembeda diantara mereka.

Kamu tahu? aku masih menulis ini dengan buliran-buliran air yang terus membasahi kedua pipiku. Begitu lemah bukan? Iya. Kusembunyikan rasa sakitku atas segala sikapmu yang selalu mengabaikan keberadaanku.

Entah aku,kamu atau dunia kah yang sudah berubah?  Aku tak tahu. yang kutahu, aku tak pernah menyesal menjadi sahabatmu.

Aku tak akan lagi mengejarmu atau sekedar mencoba mensejajarkan kaki denganmu. Seluruh dayaku telah habis hanya untuk melangkah keluar dari batas garis diriku. Lisanku pun terasa kelu untuk sekedar memohon.

Pergilah ke dunia barumu. Berbahagialah dengan semuanya. Semoga di waktu yang entah kapan, kamu bisa menjadi ‘’Kamu’’ yang dulu.

Aku masih, akan dan selalu membuka gerbang duniaku. Datang dan pergi adalah pilihanmu. Aku tak akan memaksa.


Lagi dan lagi. Aku berterimakasih karena kamu PERNAH menganggapku sebagai seorang sahabat. 
 

Dear you.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review