Ini adalah seklumit kisah yang sengaja kubeberkan untuk
kamu, pembaca postingan ini. Yang juga sengaja kutulis untuk kalian yang mengutuki
kami.
Jujur saja.... kali pertama aku menjerumuskan diri ke dalam
ROHIS, nyaris dari seluruh jiwaku berontak. Jiwa ini bergelinjingan tanpa bisa
kukendalikan tatkala kebaikan demi kebaikan mulai menekan diriku yang sejatinya
bukanlah orang baik. Aku pernah lancang mengagung-agungkan kemaksiatan dan mengutuk kebenaran. Menganggap bahwa jalan yang mereka
tempuh bukanlah jalan yang aku ingini.
Namun seiring
berjalannya waktu, seiring dengan derapan langkah kaki ini, aku menyadari apa
yang aku pikirkan selama ini salah besar.
Di tengah perjalananku mencari jati diri, tanganku bertautan
dengan beberapa orang baik. Merekalah sahabat sekaligus bidadari-bidadari surga
yang sengaja Allah kirimkan untuk manusia keji seperti diriku. Tangan-tangan
mereka mengusap lembut diri ini yang telah berlumuran dosa.
Bersama mereka, aku berteman dengan Islam. Aku pun belajar
banyak sekali ilmu yang mungkin tak bisa kudapatkan dari buku karangan siapa
pun. Tentang ukhuwah, tentang sabar, tentang aqidah harga mati dan tentang
hidup.
Apakah kamu pernah
menemukan orang yang berhati selembut kapas? Bersama mereka, kutemukan hati yang jauh lebih lembut dari sekedar kapas.
Suatu waktu.. Ketika salah satu dari mereka dihujat
habis-habisan dengan kata-kata yang bahkan lebih tajam dari sebilah pedang.
Tiadalah sedikit pun niat untuknya membalas dendam meski orang-orang itu telah
menjatuhkan harga dirinya ke dasar jurang lalu melemparinya batu-batu fitnahan.
Sudut Bibirnya tetap tersenyum simpul menatap orang-orang itu dengan sabar. Meski dibalik senyumannya menyimpan sejuta
kegetiran. Aku yakin, jika dadanya bisa dibelah lalu diambil hatinya. Mungkin seonggok
daging dengan luka-luka segar penuh sayatan akan terlihat jelas. Aku pun berani
bertaruh, jika orang-orang itu menempati posisinya.. mungkin mereka sudah jatuh
tersungkur dengan hati yang penuh dendam.
Hey kamu,kamu dan kamu yang memandang ROHIS dengan sebelah
mata. Bisakah kamu menyempatkan diri membuka hati untuk menerima kebenaran yang
kamu anggap tabu? Buka mata hatimu seperti aku membuka mata hati ini. Kamu akan
belajar banyak dari mereka yang kebenarannya selalu kamu kutuk. Yang kebaikannya
selalu kamu hujat habis-habisan. Yang bahkan tak kamu ketahui apa alasan mereka
berbuat baik.
Bersama merekalah, aku mengenal Islam.