Aku menulis ini dengan sisa-sisa air mataku yang sengaja tak
kutahan. Berbulan-bulan silam aku mencoba menyibak perihnya luka diantara kenangan
manis kita. Namun tetap tak kutemui ‘’Kamu’’
yang dulu.
Kamu pergi dan terus menjauh tanpa membolehkanku menyusulmu
atau sekedar mensejajarkan kaki denganmu. Kamu tahu? Selalu ada goresan luka baru diatas luka-luka
lamaku ketika bibir ini terseyum simpul menatapmu. Kurasa aku sudah terlalu lelah menyembunyikan
seluruh kesakitan ini. Aku tak sanggup lagi memintal benang-benang persahabatan
kita tanpa dirimu. dan kupikir tak ada gunanya lagi aku menunggumu yang
sejatinya tak ingin kutunggui. Sudahlah cukup aku menantikan rangkulanmu di
saat air mata ini mengalir dengan lancangnya.
Sahabatku..
Terimakasih telah datang dan masuk ke duniaku. Dunia yang
mungkin tak akan pernah kamu temui di antara pemilik dunia yang lain.
Terimakasih telah menjadikanku pembeda diantara mereka.
Kamu tahu? aku masih menulis ini dengan buliran-buliran air yang
terus membasahi kedua pipiku. Begitu lemah bukan? Iya. Kusembunyikan rasa
sakitku atas segala sikapmu yang selalu mengabaikan keberadaanku.
Entah aku,kamu
atau dunia kah yang sudah berubah? Aku tak
tahu. yang kutahu, aku tak pernah menyesal menjadi sahabatmu.
Aku tak akan lagi mengejarmu atau sekedar mencoba
mensejajarkan kaki denganmu. Seluruh dayaku telah habis hanya untuk melangkah
keluar dari batas garis diriku. Lisanku pun terasa kelu untuk sekedar memohon.
Pergilah ke dunia barumu. Berbahagialah dengan semuanya. Semoga
di waktu yang entah kapan, kamu bisa menjadi ‘’Kamu’’ yang dulu.
Aku masih, akan dan selalu membuka gerbang duniaku. Datang
dan pergi adalah pilihanmu. Aku tak akan memaksa.
Lagi dan lagi. Aku berterimakasih karena kamu PERNAH menganggapku sebagai seorang sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar