Rabu, 18 Februari 2015

Sepasang Mata yang Mencuri

Diposting oleh Unknown di 17.27 0 komentar
selaik pagiku terbit lewat kedua matamu. 
binar yang karenanya aku berhenti merutuki hidup. 
kau punya sepasang teduh yang menenangkan. 
di sanalah, rasaku bermuara. 
berjuta-juta kata sudah kutulis untuk kau baca. 
deretan huruf kueja agar kau mengerti. 
sepasang matamu telah mencuriku. 
adakah yang tahu? 

tiba-tiba langit memerah malu.
senja menghilang dari balik matamu. 
sang mentari hendak tidur. 
gelap. senyap. sepi.
 aku masih melihat damai yang bergumul. 
biarkan aku duduk dan menatapmu, tuan. 
sepasang matamu telah mencuriku.



18 Februari 2015

Sabtu, 24 Januari 2015

Hidup Ini Mengerikan, Kadang-Kadang

Diposting oleh Unknown di 19.29 0 komentar
dari dan kepada siapa kau mengadu ketika semua orang menjadi dungu?
dari dan kepada siapa kau menangis ketika semua orang menertawaimu?
dari dan kepada siapa kau percaya ketika semua orang menjadi pembohong?
dari dan kepada siapa kau marah ketika semua orang tak ramah?
dari dan kepada siapa?

hidup ini mengerikan, kadang-kadang.

seperti nganga mulut singa yang siap menelanmu kapan saja.
seperti gulungan ombak yang akan menenggelamkanmu tanpa ampun.
seperti jurang yang hendak menunggumu jatuh.
seperti perampok yang mengintaimu dari jauh.
seperti lolongan serigala pada tengah malam.
seperti daun yang harus gugur meski ia tak menginginkannya.
seperti apalagi aku harus bercerita?

hidup ini mengerikan, kadang-kadang.

Kamis, 22 Januari 2015

Satu Juta Bungkam

Diposting oleh Unknown di 16.15 0 komentar

Satu juta bungkam melayang-layang di kepalaku. Mendesakku berjalan ke dasar yang paling diam, menujumu.

pagi-pagi sekali aku bergumul dengan diam. lalu malamnya, aku bermain-main dengan sepi. kepalaku dipenuhi berjuta salam tak sampai. ah biarlah. biarlah Tuhan yang menyampaikannya kepadamu.

aku tahu. demi Tuhanku, aku tahu bahwa mataku tak berhak menatapmu. karena itu aku sering menjadi pencuri. mencurimu dengan tiap-tiap senyum terbaik kepunyaanmu.

telingaku tak pernah punya daya mendengar suaramu. bibirku mengatup selepas kau bicara. thalamus di otakku berhenti bekerja ketika kau mendekat. ini gila!

jika saja aku tak memaksakan diri tidur lebih awal, mungkin sekarang aku tidak sedang memimpikanmu. mimpi tak pernah lebih baik.

satu juta bungkam menemaniku. jadi tenanglah. tetaplah di tempatmu. aku tak akan mendekatimu barang sejengkalpun.

sebab kita adalah 'jauh' yang tak menginginkan dekat.

Kamis, 22 Januari 2015

Minggu, 21 Desember 2014

Seandainya Kamu Adalah

Diposting oleh Unknown di 21.14 0 komentar
seandainya kamu adalah malam, mata ini pasti enggan memejam.
seandainya kamu adalah hujan, tubuhku tak akan mencari teduh.
seandainya kamu adalah matahari, aku rela menjadi pagi.
seandainya kamu adalah air, dengan senang hati aku siap tenggelam.
seandainya kamu adalah langit, menjadi awan adalah caraku mendekapmu.
seandainya kamu adalah laut, aku dan ikan akan menjadi pesaing.


tetapi kamu..

kamu bukan malam. kamu bukan hujan. kamu bukan matahari. kamu bukan air. kamu bukan langit. dan kamu bukan laut. kamu adalah kamu. seseorang yang telah membuatku sejatuh cinta ini.

lalu bagaimana denganku?

siapa aku?

aku bukan sesiapamu. hanya seorang gadis pengeja  hujan yang sesekali memelukmu dalam doa. yang entah atas dasar apa bisa selancang ini mengagumimu. yang demi Tuhanku, aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya. hahaha. ah sudahlah.


         with love,
     Your admirer.

Rabu, 10 Desember 2014

Untukmu

Diposting oleh Unknown di 19.44 0 komentar
Ketika menatapmu menjadi sebuah ketidaksanggupanku dan melihatmu harus melibatkan hati, aku tak kuasa. Menatap punggungmu menjadi sebuah keharusan. Sebab berdiri di hadapanmu jelas tidak mungkin. Aku masih tahu diri. Ampuni aku yang mencintaimu dalam diam. Sungguh, aku tak punya cara lain.

Entah sudah berapa kali kau mendekati hati yang bukan aku. Aku di sini. Melihatmu dari jauh. Mengamatimu tanpa jeda. dan kau masih mencari yang bukan aku? Menyebalkan.

Tapi kau.. kau selalu punya cara untuk membuatku kembali. Kembali jatuh cinta. dan kembali patah hati. Begitu, berulang-ulang. Memuakkan.

Agaknya aku telah sejatuh cinta ini (kepadamu tentu saja)



Kamis, 04 Desember 2014

Diposting oleh Unknown di 23.02 0 komentar
Rindu selalu punya cara menikam waktu. Membawaku kembali menujumu. Lagi dan lagi. Hingga aku tak punya jalan untuk kembali. 
Kau.. Kau tak pernah gagal menghidupkan kenangan. Melesapkan debar-debar jantung ke bilik dadaku. Menyembunyikan sendu untuk sepersekian detik. Lalu pergi ke tempat yang entah.
Agaknya aku bersalah. Jika kau membaca ini, kau akan tahu seberapa salah diriku. Maaf...

1. Maaf karena aku membiarkan cerita kita berakhir.
2.Maaf untuk kita yang tak saling mengenal lagi.
3. Maaf jika diam-diam aku merindukanmu.
4.Maaf jika aku mengakui kaulah yang terhebat.
5. Maaf untuk setiap luka yang pernah kutali-pitakan.
6.Maaf karena aku tak pernah menganggapmu ada.
9.Maaf aku nyaris melupakanmu.
10.Maaf..maaf.. maaf.

Senin, 20 Oktober 2014

Panggil Dia, Kenangan

Diposting oleh Unknown di 19.57 0 komentar

         

          Tapak kakiku berhenti pada sebuah ruang kosong. Tak ada sesiapapun di ruangan itu kecuali dua orang anak kecil yang sedang menautkan kelingking. Tampaknya mereka saling berjanji.

Samar kudengar bocah lelaki itu berkata ''Maafin aku ya. aku nggak akan ngejahilin kamu lagi, kok.''

Gadis kecil di depannya mengulum senyum, malu-malu. ''Janji?''

''Iya. Janji.'' Jawabnya sambil tersenyum. Sepasang mata sipit itu membentuk garis. Manis! 

          Gadis kecil berambut lurus berponi tadi tiba-tiba meniup dandelion -yang sepertinya ia dapat dari halaman sekolah- tepat di hadapan bocah lelaki bermata sipit yang duduk di sampingnya. Lagi dan lagi. Dia hanya mengulum senyum, memperlihatkan mata segarisnya.

          Lamat-lamat kutatap mereka berdua. Kelingking. Janji. Dandelion. Sepertinya aku mengingat sesuatu. Sepersekian detik aku berpikir. Tiba-tiba jantungku berdegup cepat. Aku menelan ludah.


''Hey! Kau tahu? tidak ada yang lebih memuakkan dari bau kenangan.'' Gumam Ingatanku dengan kesal. Aku hanya mengiyakan.

''Tapi tidak ada yang lebih baik dibandingkan menjadi bagian dari kenangan seorang dia. '' timpal Hatiku tak mau kalah.

''Aih! bukankah kau sering sakit-sakitan karena dia?'' Ingatanku mencibir ketus.

          Mereka saling beradu tanpa meminta pendapatku. Sialan! mereka keras kepala. Aku menghela napas berat.

''Lalu, kau sendiri kenapa selalu gagal melupakannya?'' Hatiku membela diri.

''Itu.. emm.. itu karena aku tak ingin melawan lupa. Kau tahu kan kalau aku diciptakan untuk mengingat?''

Hatiku terkekeh. ''Banyak alasan. Kau tidak lebih baik dariku! Hahaha.''

Ini memuakkan. Kuputuskan untuk membalik badan dan pergi mengakhiri perdebatan mereka. dan meninggalkan apa yang mereka sebut kenangan.

 

Dear you.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review